Kau tahu sayang, kenapa anak-anak disebut buah hati?
Karena ia lahir dari penyatuan dua hati. Juga karena mereka perlu diperlakukan dengan penuh kehati-hatian. Tapi mengapa ada yang sampai hati melukainya?
-
Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang bertanya tentang alasan mengapa saya memilih ilmu psikologi saat S1.
“Jawabannya adalah karena aku ingin jadi ibu yang baik. Aku ingin memahami tumbuh kembang anakku, menemaninya bermain, juga mendukungnya dalam suka dan duka. Aku tidak ingin anakku nanti kecewa, berlalu dengan punggung terluka.”
Saya, dan mungkin juga kamu, barangkali adalah orang yang selama ini mendapat curahan kasih sayang dari orang tua. Sebagaimana orang tua saya yang begitu menyayangi saya, dengan segenap hal yang mereka punya. Tapi, yang begini ini, kadang-kadang tetap memunculkan kekecewaan juga. Ada saja yang kurang. Kurang pas di sana sini. Yang mana itu semua bukanlah sebuah kesengajaan dari mereka untuk menyakiti kita.
Saya pikir, karena penjelasan di atas, semua orang tua sudah barang tentu menyayangi anaknya. Masa ada orang tua yang tega menyakiti anaknya?
Ternyata, ada. Sayangnya, banyak. Ada banyak orang tua yang sampai hati menyakiti buah hatinya. Tidak cukup hanya menyakiti hatinya, sampai-sampai ada yang menghabisi anaknya. Bayi mungil yang dulu lahir karena kedua orang tuanya, digendongnya, justru harus meregang nyawa karena tangan orang tuanya sendiri. Ada begitu banyak Arie Hanggara di dunia ini. Yang meninggal di tangan ayah kandungnya sendiri. Juga buah hati yang lain, harus kembali tiada karena ibu kandungnya sendiri.
Dari sekian mimpi-mimpi saya, salah satu yang saya doakan dalam relung hati adalah saya bisa hadir untuk anak-anak yang tidak merasakan hangatnya pelukan ibu. Saya berusaha memampukan diri saya agar memiliki banyak hal yang bisa dibagi: keamanan dan kenyamanan bagi titipan-titipan Tuhan.
Setiap saya pulang ke rumah, saya suka bermain dengan anak-anak saat sore atau malam hari. Bahkan sebagian dari mereka ada yang rela menunggu saya di rumah, atau berkali-kali menanyakan kapan saya ada di rumah. Ketika saya menemui mereka, mereka langsung menyerbu. Memeluk kaki saya, sebelum saya jongkok, dan memeluk mereka satu per satu. Saya juga suka mengajak mereka berbincang, layaknya dengan teman sebaya. Jawabannya memang kadang terdengar aneh atau kurang nyambung. Tetapi itu sungguh tidak apa-apa. Sebab kognisi mereka masih berkembang, pemahamannya masih terbatas. Mereka tetap berharga dan layak dicintai.
Sebetulnya tidak pernah cukup untuk membicarakan anak-anak hanya dalam satu-dua jam, apalagi hanya dalam sebuah tulisan singkat. Apalagi saya sudah mengantuk saat menulis ini. Apalagi besok harus bangun jam empat pagi. Sebelum saya ngelantur, intinya adalah perlakukanlah anak-anak dengan hati-hati, dengan sepenuh hati.
Mereka berharga dan layak dicintai.
Selamat Hari Anak Nasional, untuk para buah hati di alam raya ini. Dan kamu, siapapun yang membaca tulisan ini, perlakukanlah anak-anak dalam jangkauanmu dengan cinta kasih. Sungguh, mereka tidak layak untuk disakiti oleh tangan-tangan berdosa.
Last but not least, the reason why I like children so much these past years, absolutely because:
Men hurt me, they do not.
Tidak ada komentar