Aku selalu percaya, apa-apa yang dilakukan dan dikatakan oleh orang lain terhadap kita adalah cerminan dirinya. Bukan cerminan kita.
Setelah mengalami hari-hari seperti roller coaster kemarin-kemarin, aku bahkan sampai lupa rasanya seperti apa makan nasi, pagi ini aku merasa lebih ringan untuk bekerja. Kemarin-kemarin cobaan berat banget rasanya, pikiran tidak karuan tapi tetap harus berhadapan dengan angka-angka. Bisa panjang urusannya kalau salah memasukkan data, karena akan merembet ke laporan-laporan lainnya. Entahlah, semoga tidak ada kesalahan saat diaudit oleh klien.
Lalu apa yang membuat pagi ini terasa lebih ringan?
Tidak lain karena dia, yang menjadi bahan dari tulisan-tulisan di sini, sudah memberikan tanggapan. Saat aku terbangun jam 3 pagi, aku dihadapkan pada pesan-pesan yang butuh waktu lama untuk mencerna. Sebagai analis artikel berita, aku sampai bingung sentimen yang mendominasi dari pesan tersebut. Well, sebetulnya sentimennya negatif, tapi tidak ada kata-kata negatif dalam pesannya. Ini kalau masuk sistem kerjaanku, AI pasti akan menganggap ini adalah wacana dengan sentimen positif.
Tanggapan dari dia sebetulnya memiliki sentiment negatif, tapi justru perasaanku semakin dalam. Siapa orang yang mendapat penolakan tapi makin jatuh hati? AKU!
Kok bisa begitu?
Bisa. Sudah aku bilang kan, dia pria seperti apa. Tanggapan yang dia tulis untukku, mencerminkan dia. Tanggapan yang manis, dari orang yang aku yakin sangat sangat sangat manis. Tanggapan yang aku rasa tulus, jujur, dan apa adanya. Dia menulis dengan sangat berhati-hati, penuh pertimbangan, dan tulus kurasa. Bagiku dia bukan people pleasure karena melihat dia jarang menanggapi komentar temannya di Instagram, jadi pesan darinya itu sungguh di luar dugaan.
Membaca pesan darinya itu, membuatku bersyukur bahwa dia menghargaiku.
Membaca pesan darinya itu, membuatku bangga bahwa aku tidak salah telah jatuh hati padanya. Bahkan sebelum ia diwisuda bertahun lalu.
Singkatnya, semua kalimat manis dan menguatkan dari dia itu ya menggambarkan bahwa dia adalah orang yang manis dan penuh kekuatan. Caranya mengambil waktu untuk berpikir mencerminkan bahwa dia orang yang tidak menggampangkan kehidupan. Dia tidak semena-mena atas hatiku, yang mana sebetulnya dia punya pilihan untuk melakukannya.
Tapi dia tidak. Dia tidak melakukannya. Dia tidak semena-mena atas diriku.
Bahkan, aku justru seperti mendapat pesan cinta. Tapi pesan cinta yang membuat aku menangis, linglung, sedikit kecewa, tapi juga bahagia luar biasa ketika mendengar sedikit kabar darinya itu. Saat pertama kali tahu tentangnya bertahun lalu, aku percaya bahwa dia akan mengguncang dunia ini. Aku percaya bahwa dari sifat-sifat dia itu, dia bisa meraih bintang-bintang yang ia mimpikan. Aku sepercaya itu dan yup, lima tahun setelah kami bertemu, dia betul-betul menjawab keyakinanku.
Tidak heran jika Tuhan memberi hadiah yang setimpal untuknya.
Aku hanya ingin kamu tahu bahwa dia akan meninggalkan Indonesia dalam waktu dekat. Dia akan bekerja di salah satu firma akuntan publik terbesar di dunia. Dia, akan, bekerja, di, Amerika Serikat. Dulu saat awal membaca kisahnya, aku hanya tahu bahwa dia adalah pria yang determinant, hardworker, and passionate. Setelahnya aku baru tahu bahwa dia akan bekerja di firma tersebut, di Indonesia. Lalu 5 tahun kemudian, aku baru tahu bahwa dia akan bekerja di firma yang sama, tapi di Amerika Serikat. Seluruh masyarakat Indonesia tampaknya akan bangga juga jika mengetahui perjalanan hidupnya. Aku yang hanya tahu secuil saja sudah bangga bukan main, apalagi jika aku paham betapa jatuh bangunnya dia dalam memeluk mimpinya.
Rasanya seperti mimpi saat mendengar kabar itu.
Sampai sekarang juga masih begitu.
Saat mendengar kabar itu, rasanya semua emosi campur jadi satu. Perasaan bangga dan bahagia yang teramat sangat, juga sedih di saat yang sama. Rasanya ingin aku umumkan pada semua orang betapa hebatnya dia. Semua pengalaman hidup yang dia jalani selama ini, mulai meresponnya. Sampul-sampul kehidupan mulai terbuka satu per satu berkat kegigihannya, semangatnya, dan semua hal baik yang ada pada dirinya.
Dan aku, menjadi semakin semangat untuk terus merakit apa-apa yang aku inginkan dalam hidup. Jika dia membangun hidupnya lewat kompetisi-kompetisi, aku membangun hidupku dengan mengulurkan tangan pada lebih banyak orang lewat kisah-kisah sulit yang mereka bagi. Tentu tidak ada kompetisi soal ini, kan? Tapi memang ini yang aku suka, aku senang menjalaninya, jadi ya tidak apa.
Jalan kami berbeda, tapi kalau saja dia tidak menikah sebelum dia pindah ke US, aku harap kami bisa bertemu di satu titik kehidupan ini sekali lagi. Tapi jika dia ternyata menikah, ya sudahlah. Aku bisa apa? Meski bagiku tetap terasa sangat aneh mengingat dia adalah orang yang sangat fokus. Kenapa tidak fokus karir di US dulu saja? Memanfaatkan kesempatan yang terbuka sebaik mungkin, tanpa terganggu konflik-konflik rumah tangga.
Tapi kalaupun dia ternyata akan menikah, ya mau bagaimana lagi? Beberapa orang bilang terus terang padaku bahwa orang-orang yang menghabiskan waktu denganku adalah orang yang beruntung. Katanya, bisa mendapat limpahan kepedulian dariku, dukungan dariku, atau sesederhana kecipratan ilmu yang aku punya. Tapi di saat yang sama, aku malah merasakan itu terhadap orang lain. Aku menganggap orang yang menghabiskan waktu dengannya adalah orang yang sangat beruntung.
Saat orang lain menginginkanku, aku justru menginginkannya.
Apapun yang terjadi, tidak ada pilihan selain ikut maunya Allah saja. Terlepas dari bagaimanapun perasaanku terhadapnya, aku adalah hamba Tuhan yang seyogyanya menerima takdir dengan lapang dada. Legowo. Aku tetap harus melanjutkan hidup, memeluk mimpi-mimpiku, tetap membagi kasih sayang pada orang-orang di sekelilingku dan yang membutuhkanku, serta menjadi versi terbaik dari diriku.
Haduh, pokoknya bersiaplah buat siapapun yang beruntung jadi pasanganku ya HAHAHA. Kamu tidak akan menyesal telah menikahiku suatu hari nanti. Aku tidak akan sesumbar apa-apa, cukup akan kamu rasakan sendiri setelah ijab qobul. Tapi ya syaratnya itu tadi, miliki cinta yang jauh lebih besar dari perasaanku terhadap dia dan miliki keunggulan kualitas diri melebihi aku.
Tidak ada komentar