What We Have

 


“Tis, gimana kalo xxx-nya gak ada?”

“Tis, alat yang mau dipake rusak, gimana?”


Kalimat semacam itu bak makanan sehari-hari selama aku berorganisasi. Umumnya teman-teman bertanya apa yang harus dilakukan saat keadaan tidak berjalan sesuai rencana. Biasanya aku jawab, 


“Kita akan jalan dengan apa yang kita punya.”


Dipikir-pikir dan dirasa-rasa, kita memang tidak punya banyak pilihan dalam hidup. Bahkan seringnya, kita hanya bisa menjalani apa yang ada di depan mata. Ya mau bagaimana lagi? Hidup tidak selalu mengabulkan harapan manusia.


Dalam pekerjaan, misalnya. Ada orang yang “menjual” kecantikannya karena itu yang mereka punya ada orang yang “menjual” intelektualistasnya karena itu yang mereka punya. Tidak ada yang perlu dibandingkan, karena nampaknya memang kita cukup perlu menjalani hidup dengan pemberian Tuhan.


Tidak hanya soal pekerjaan, sepertinya rumus kehidupan satu ini juga berlaku untuk persoalan lain. Termasuk, persoalan romansa. Bukan hanya menimpa muda mudi yang sedang mencari kekasih hati, tapi juga bagi yang sudah menikah.


Saat berbincang dengan seorang senior, aku sempat menyinggung soal kurva kepuasan pernikahan. Dalam masa tertentu, umumnya kepuasan pernikahan dalam puncaknya. Tapi lain waktu, justru dalam posisi paling rendah. Dalam situasi yang kedua, seringnya orang tidak mampu menahan diri lalu lari dari keadaan. Padahal, kondisi naik-turunnya kepuasan pernikahan adalah hal yang wajar. 


Sebagaimana sisi kehidupan lainnya yang seringnya tak berjalan sesuai keinginan. 

But the show must go on. Our life must go on no matter what

Kita harus berjalan dengan apa yang kita punya.

Tidak ada komentar